Senin, 25 Agustus 2008

Internet, Anak dan Pornografi

Beberapa hari yang lalu saya mendengar sebuah cerita, ada seorang anak kecil kelas 3 SD ya kira-kira berumur sekitar 8 tahun yang keranjingan main internet di warnet. Kebetulan rumahnya berada di daerah jogja pinggiran yang memang baru beberapa bulan tersentuh internet. Tampaknya memang bagus ada seorang anak, tinggal bukan di kota tetapi sudah rajin ke warnet. Tetapi nanti dulu, denger dulu kelanjutan ceritanya. Ternyata anak tersebut ke warnet hanya untuk melihat yang porno-porno entah itu gambar atau video, pokoknya yang xxx. Kebetulan sekali warnet tersebut, seperti kebanyakan warnet di jogja, kalau gak seluruhnya malah, memasang sekat tertutup sehingga berbentuk seperti bilik untuk setiap komputer, sehingga orang lain tidak bisa melihat apa yang kita lakukan di dalam bilik warnet. dengan begitu si anak leluasa untuk melakukan apa yang dia suka yaitu menonton gambar atau video porno.
Internet memang telah banyak membantu manusia dalam berbagai hal tetapi perlu diingat bahwa internet laksana sebuah pisau yang memiliki 2 sisi yang sama tajam. Jika digunakan untuk tujuan baik maka akan baik tetapi sebaliknya jika digunakan untuk tujuan gak baik ya hasilnya gak akan baik.
Sebenarnya siapa yang salah? si anak kecil yang suka nonton? internet yang terlalu vulgar? atau warnet yang tertutup rapat? Lebih baik tidak usah mencari siapa kambing hitam, tetapi bagaimana agar hal seperti itu tidak terjadi pada anak-anak lain.
Kalau saya perhatikan warnet-warnet di daerah tangerang tidak pernah memberi pembatas pada komputer-komputernya sehingga bisa saling mengintip apa yang dibuka orang lain. Memang privasi jadi kurang terjaga tetapi cara seperti itu bisa mencegah orang untuk membuka website-website yang kata orang bilang khusus dewasa. Meskipun hal tersebut tidak akan berpengaruh pada orang yang bermuka tembok, tetapi saya yakin jarang sekali orang yang dengan tanpa malu membuka website porno jika orang disebelahnya bisa dengan mudah melihat layar monitornya. Sedangkan di daerah jogja rata-rata warnet berbentuk bilik sehingga privasi lebih terjaga tetapi ya itu tadi bisa disalah gunakan untuk hal-hal yang tidak benar. Saya pernah mendengar bahwa banyak pasangan yang memanfaatkan warnet tertutup seperti untuk berbuat mesum, sperti apa perbuatanya, tidak usah dibahas.
Mungkin perlu adanya filter bagi warnet-warnet yang menerapkan model bilik seperti ini, mungkin dengan aplikasi yang bisa di remote dari server, sehingga saat ada anak kecil masuk, maka komputer yang dipakai anak tersebut tidak bisa mengakses content-content pornografi. Atau sekalian semua situs porno di blok lewat proxy misalnya, meskipun dengan cara yang kedua bisa menurunkan omzet warnet, karena saya yakin masih banyak orang yang khusus datang kewarnet hanya untuk melihat pornografi.
Dan lebih penting lagi adalah sedini mungkin memberi anak-anak bekal agama yang cukup, pengetahuan yang cukup, karena yang paling penting adalah benteng dari diri sendiri. Tanpa pengetahuan agama yang cukup maka seorang anak akan mudah terpengaruh temennnya yang mengajak melakukan hal yang kurang baik.

Tidak ada komentar: