Selasa, 10 November 2009



TEMA : REMAJA DAN SPIRITUALITAS

Remaja Berkualitas
dengan Spiritualitas yang Mantap
Masa remaja adalah saat dimana mereka mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari lingkungannya. Dan saat itulah remaja memiliki keinginan untuk membangun kemandiriannya dan ingin terlepas dari pengawasan orangtua. Oleh karena itu remaja sangat perlu diberikan pembekalan- pembekalan , terutama yang bersifat sipritual dan keagamaan. (Drs. Triyono Budi Sasongko, Msi- Bupati Purbalingga)
Ketika seseorang mulai meniggalkan masa kecilnya, ia akan melangkah menuju proses kedewasaan. Proses inilah yang di kenal dengan dunia remaja. Pada tahap remaja nantinya akan terjadi sesuatu persiapan dan pembelajaran yang akan menentukan orang tersebut mampu menjalani masa dewasanya secara sempurna atau tidak. Hal ini nantinya akan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor keluarga dan lingkungan.
Dalam hal ini keluarga mempunyai peran penting untuk menentukan siap atau tidaknya seorang remaja menuju ke tahap dewasa. Karena, dari keluargalah semuanya berakar. Seperti yang dilontarkan oleh bupati Purbalingga tadi, ketika menuju proses kedewasaan, remaja akan mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari lingkungannya.
Cara-cara yang digunakan untuk berinteraksi pun beraneka macam ragam. Menurut apa yang mereka dapatkan selama mereka masih terikat dengan keluarga. Seorang remaja akan berinteraksi secara positif jika pembelajaran yang diterimanya dari keluarga juga positif. Sebaliknya, dia akan mengapresiasikan tingkahnya yang tidak sesuai dengan sebenarnya apa bila pembelajaran yang dia terima dari keluarganya negatif.
Sebagai langkah awal untuk menciptakan keharmonisan dalam berinteraksi yang sesuai dengan tuntutan sebenarnya adalah dengan menanamkan nilai-nilai spriritualitas dan keagamaan ke dalam benak si anak ketika menuju proses kedewasaan. Tidak dapat dipungkiri, nilai spiritualitas inilah yang nantinya akan menentukan mampu tidaknya seorang remaja berinteraksi secara sempurna dengan makhluk sosial dalam beragam situasi.
Masa remaja adalah masa yang paling menentukan. Karena pada masa itulah remaja cenderung lebih suka menyimpang dari aturan yang sebenarnya. Seandainya dia tidak ditanamkan hal-hal yang bersifat spiritualitas atau agama sejak dini, maka kecenderungan untuk menyimpang itu akan menjadi kenyataan. Seorang remaja yang tidak dibekali agama sebagai pondasi dalam mengarungi kehidupan ini, dapat dipastikan dia tidak akan mampu melewati masa dewasanya secara sempurna.
Banyak potret dan realita yang selama ini bertebaran mengenai remaja yang salah langkah. Baik di media cetak, elektronik maupun yang kita saksikan secara langsung. Terlebih remaja yang hidup kota-kota besar. Nilai spiritualitas dalam diri mereka mulai memudar. Hal ini lagi-lagi disebabkan oleh masih kurangnya perhatian khusus yang diberikan oleh orang tuanya. Seorang remaja putri yang keluyuran tengah malam sudah dianggap sebagai tren, sebagai sebuah kebisaaan. Tidak ada larangan dari pihak orang tua. Namun, pernahkah sebahagian orang tua yang mengijinkan putrinya untuk keluar tengah malam bersama sang pacar menyadari akan efek negatif yang siap menerjang keluarga mereka kapan saja? Namun, kenyataan yang kita dengar dan saksikan adalah, orang tua dalam hal ini yang seharusnya menanamkan nilai-nilai spiritualitas untuk menyelamatkan putrinya dari bahaya yang akan segera menghantam hanya menyambutnya dengan sebuah senyuman. Orang tua seperti ini bisaanya hanya memikirkan bagaimana supaya putri atau putranya bahagia. Padahal, jika kita telaah lebih dalam, kebahagian yang mereka anggap selama ini adalah sebuah bencana.
Itulah pentingnya peran keluarga, khususnya orang tua dalam menaburkan benih-benih spiritualitas bagi sang anak yang akan melewati masa remajanya. Apabila hal ini diindahakan oleh orang tua selaku guru bagi sang anak, maka dapat dipastikan baik orang tua maupun sang anak akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagian yang sebenarnya.
Beranjak dari faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal pun menjadi faktor yang sangat menentukan mampu atau tidaknya sang anak melewati masa remajanya sebagaimana yang diharapkan orang tua umumnya. Seorang anak yang tinggal dilingkungan pengajian ataupun pesantren-pesantren akan mendapatkan nilai spiritualitas secara sempurna. Mereka telah menemukan alasan mengapa dan untuk apa mereka hidup sebenarnya. Hampir tiap waktu yang mereka lewati selalu diiringi oleh benih benih spiritualitas yang ditaburkan oleh gurunya maupun yang mereka dapatkan sendiri antara sesama santri dan hasil bacaan dari berbagai macam kitab dan buku agama.
Santri-santri inilah yang nantinya akan menjadi remaja berkualitas yang akan siap menghadapi berbagai macam permasalahan hidup. Mereka tidak hanya menggunakan logika untuk berpikir, namun mereka juga akan menggunakan pemahaman mereka mengenai spiritualitas sebagai peta dari semua permasalahan. Dalam hal ini, Al-Quran dan Hadits yang akan ambil peran sebagai pegangan hidup bagi mereka.
Lagi-lagi santri inilah yang akan menjadi remaja berkualitas. Mereka akan maju menuju masa dewasa dengan bekal yang telah ditanamkan dalam dirinya sejak kecil. Dengan bekal inilah nantinya santri tersebut akan hidup menggantikan oknum pemimpin-pemimpin kita yang perkataannya bertentangan dengan perbuatan yang dilakukannya. Santri ini juga yang akan menunjukan bukti dari janjinya. Hal ini disebabkan karena santri tersebut telah mempunyai nilai spiritualitas yang mantap dalam sanubarinya.
Berbeda dengan remaja yang hidup jauh dari aroma keagamaan. Mereka tidak tahu untuk apa dan mengapa mereka harus hidup. Mereka tidak mempunyai ilmu untuk menjawabnya. Mereka lebih suka mengabaikannya dari pada harus memikirkan hal yang menurut mereka sangat tidak masuk akal dan buang-buang waktu percuma.
Sebagai contoh, sebuah dialog unik yang penulis peroleh dari www.spiritual world. Com memperdebatkan tentang asal usul manusia. Seorang penganut agama Islam mengatakan asal manusia itu ialah dari Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Allah tuhan semesta Alam. Sedangkan, peserta dialog lain menyebutkan asal manusia itu berawal dari proses. Maksudnya, kita ada karena adanya proses pembuahan sperma dan ovum. Masalahnya, ovum dan sperma itu sendiri berasal dari manusia. Manusia itu sendiri dari mana asalnya, peserta ini hanya menjawab dari orang sebelumnya. Dia mengatakan tidak punya waktu untuk berpikir tentang siapa nenek moyang kita sebenarnya.
Itulah cerminan yang diberikan oleh orang-orang yang tidak mempunyai nilai spiritualitas. mereka merasa tidak mempunyai tujuan hidup yang sebenarnya. Namun, bagi kita yang memilki pegangan agama yang kuat, kita akan menyadari bahwa hidup ini hanyalah tempat persinggahan semata. Sehingga kita akan berusaha mengumpulkan amal sebanyak mungkin sebagai bekal untuk menyongsong hari esok yang lebih berarti.
Seorang Brahma Kumeri Sudesh mengatakan spiritualitas itu adalah hatinya agama. Tanpa adanya spiritualitas, agama tidak akan mampu menjadi pegangan hidup bagi seseorang. Karena, sebenarnya agama atau kepercayaan itu ada karena adanya spiritualitas. Sebagai contoh, seseorang yang hidup dalam pagar agama menyakini akan adanya kehidupan setelah kematian. Akan adanya surga dan neraka. Dengan demikitan mereka akan menyelimuti dirinya dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk memperoleh kebahagian yang abadi dikehidupan setelah kematian.
Sadar atau tidak, ketika remaja-remaja yang telah mempunyai benih-benih spiritualitas yang mantap tadi mencoba menelusuri kehidupannya dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan agama, maka mereka telah membentengi diri dari hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan. Misalnya, agama melarang seseorang untuk berbuat maksiat. Apakah itu mabuk-mabukan, pelecehan seksual, penipuan dan sebagainya. Otomatis remaja tadi juga akan terhindar dari yang diharamkan oleh agama tadi. Dengan demikitan, kehidupan harmonis yang didam-idamkan pun akan menjadi kenyataan.
Selain faktor keluarga dan lingkungan yang menyebabkan ada tidaknya nilai spiritualitas dalam diri seseorang, ada beberapa alasan lain mengapa sebahagian orang khususnya remaja tidak menjadikan agama sebagai peta kehidupan mereka. Diantaranya adalah, ingin memperoleh kebebasan hidup, mempunyai ego yang tinggi serta tidak mempunyai pengetahuan tentang spiritualitas itu sendiri.
Ingin memperoleh kebebasan hidup. Inilah salah satu alasan mengapa remaja sekarang begitu jauh dengan agamanya. Mereka merasa repot untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang dituntut dalam agamanya. Mereka menganggap buang-buang waktu percuma dengan ibadah itu. Misalnya, islam menyuruh umatnya untuk berpuasa di bulan ramadhan. Dengan berpuasa berarti kita harus menahan lapar, dahaga dan segala sesuatu yang dapat membatalkannya. Nah, ini sungguh berat dilaksanakan bagi mereka yang jauh dari ajaran islam. Mereka membayangkan harus menahan lapar dan haus seharian penuh. Ini sungguh melelahkan tentunya. Oleh karena itu mereka memilih jauh-jauh dari islam agar tidak perlu berpuasa. Mereka beranggapan agama itu sama dengan menyiksa. Padahal, jika saja mereka mengetahui makna dan hikmah yang didapatkan dari berpuasa, mereka akan sangat bersyukur memilih islam sebagai agamanya.
Kebebasan hidup yang mereka pilih, dianggap sebagai sebuah kebahagiaan. Selain tidak perlu mengerjakan ibadah-ibadah yang diwajibkan, mereka juga merasa tidak perlu melaksanakan aturan-aturan yang telah digaris bawahi oleh setiap agama. Padahal, kebahagian yang mereka anggap adalah kebahagian semu. Kebahagian itu juga yang nantinya akan berubah menjadi bencana bagi mereka. Hidup mereka tidak mempunyai aturan atau sanksi selain dari negara. Mereka tidak memilki peta kehidupan. Jadi, cepat atau lambat, mereka akan menemui jalan buntu yang dapat menghancurkan diri mereka.
Faktor lainnya adalah ego tinggi yang bersemanyam dalam diri mereka. remaja-remaja seperti ini mengangggap dirinyalah yang paling benar. Sehingga mereka tidak dapat menerima spiritualitas itu sebagai kebenaran sejati. Mereka lebih mengedepankan orasi-orasi yang keluar begitu saja tanpa sumber yang jelas. Remaja seperti ini bisaanya benar-benar akan kehilangan masa dewasanya. Dia melewati masa remajanya tanpa aturan yang jelas, sehingga masa dewasanya pun akan kalang kabut.
Ketidaktahuan sebahagian dari mereka tentang spiritualitas itu sendiri juga diakibatkan beberapa faktor. Diantaranya adalah orang tuanya yang juga anti spiritualitas dan faktor disekitar yang kurang mendukung. Ini adalah suatu hal yang menyedihkan. Seorang anak yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang anti spiritualitas (atheis), kebanyakan anaknya juga demikitan. Mulai dari usia dini orang tuanya telah mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kejadian sebenarnya. Sehingga pola pikir sianak juga sama dengan orang tuanya. Namun, kemungkinan anak tersebut untuk berubah, meninggalkan atheis juga masih mempunyai kesempatan. Pun demikitan, perlu usaha keras untuk mengubah pola pikir anak tersebut.
Selain orang tua, faktor tempat tinggal sianak juga sangat menentukan. Apabila orang tuanya termasuk kedalam orang-orang yang memiliki kepercayaan, sedangkan orang-orang disekitarnya penganut paham atheis, maka kacenderungan anak ini untuk menjadi atheis atau sekurang-kurangnya jauh dari kepercayaan orang tuanya dapat menjadi kenyataan. Apalagi ketika sianak memasuki usia remaja, tentunya kecenderungannya untuk menyimpang akan semakin tinggi. oleh karena itu diperlukannya ketegasan orang tua untuk mendidik anak dalam hal ini.
Beranjak dari fakor-faktor tadi, sebenarnya masih banyak pemeluk agama atau yang mengaku dirinya telah insane beragama mendapatkan nilai spiritualitas dalam batinnya yang menyimpang. Tidak perlu jauh, di Indonesia contohnya. Indonesia tidak menerima penduduk yang tidak mempunyai kepercayaan (atheis). Tapi, pelanggaran atau perbuatan tercela masih saja menjadi menjadi bingkai indah disetiap halaman surat kabar disetiap harinya. Kasus perampokan, pemerkosaan, penipuan, korupsi yang merajalela dan lain sebagainya selama ini telah menjadi bumbu-bumbu laris disetiap media cetak, elektronik maupun yang kita saksikan secara langsung. Mengapa hal ini masih saja terjadi? Bukankah mereka telah mengandung nilai spiritualitas yang dapat menjaga mereka dari semua perbuatan itu? Pertanyaan demikitan akan terus menghujam kita. Jawabannya mudah saja. Lagi-lagi masa remaja mereka tidak dilewati secara sempurna. Aturan dan hukum yang seharusnya dapat menjadi perisai telah berubah menjadi senjata yang mematikan. Inilah orang-orang yang masa remajanya hanya menganggap agama hanya sebatas simbol. Sebagai lambing, tanpa memaknainya. Mereka dengan bangganya mengaku dirinya islam. Tapi aturan islam tidak mereka tegakkan. Malah mereka mencoba untuk melakukan berbagai macam apresiasi yang nantinya malah melecehkan islam itu sendiri. Inilah generasi-generasi yang telah merusak bangsa atas nama agama.
Remaja berkualitas ialah remaja yang telah memiliki spiritual yang mantap. Mereka telah mampu membedakan yang benar dan yang salah. Mana yang boleh dilakukan dan yang tidak. Kalau hanya mampu membedakan secara lisan tapi tidak dengan perbuatan, belum dapat dikatakan remaja berkualitas. Dengan berharap makin banyaknya generasi berkualitas selanjutnya penulis mempunyai beberapa solusi untuk tetap berada pada jalan yang benar dalam rangka memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Diantaranya adalah menjaga pergaulan, menunjung tinggi ajaran-ajaran agama, serta menigkatkan iman kepada tuhan yang maha kuasa.
Pergaulan sangat menentukan seorang remaja itu bisa disebut berkualitas bagi masa yang akan datang atau tidak. Karena pada pergaulan tersebutlah seorang remaja yang dulunya dianggap baik, jujur serta taat beribadah menjadi sosok yang jahat, brutal, suka berbohong dan sebagainya. Sebaliknya juga demikitan. Seorang remaja yang dulunya tidak tentu arah berubah menjadi sosok yang dikagumi. Oleh karena itu, penulis berharap bagi teman-teman yang remaja tentukanlah pergaulan yang baik mulai sekarang, karena pergaulan itulah yang akan membuktikan wujud Anda sebenarnya. Apabila Anda salah langkah dalam pergaulan, maka bersiap-siaplah masa remaja Anda akan menjadi sesuatu yang kelam. Sesuatu awal dari kehancuran Anda.
Untuk menjadi remaja berkualitas, menjunjung tinggi ajaran agama merupakan suatu keharusan. Kita harus menyadari, bahwa kehadiran kita di muka bumi ini bukan tanpa sebab dan tujuan. Agama telah memberitahukan alasan dan apa yang harus kita lakukan selama kaki kita masih berpijak di bumi ini. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai spiriualitas dalam agama untuk mencapai tujuan mengapa kita harus hidup. Kita menjunjung tinggi ajaran agama bukan hanya dapat membedakan suatu kebatilan dengan kebaikan, melainkan kita harus mampu menggerakkan bagian tubuh kita untuk melaksanakan apa saja yang diperintahkan oleh agama. Apabila tidak, maka kita akan dianggap sama dengan orang-orang yang mempunyai paham atheis. Bedanya, mereka tidak membenarkan tentang adanya nilai spiritualitas dalam agama, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk memiliki kepercayaan tentang agama tertentu. Apalagi melaksanakan aturan-aturannya. Oleh karena iu, marilah mulai sekarang kita perkuat genggaman tangan untuk menjunjung tinggi ajaran agama terutama nilai spiritualitas yang terkandung dalam agama tersebut.
Tingkat keimanan seseorang juga sangat penting dalam beragama. Tingkat keimanan ini bisa tinggi ataupun rendah. Tergantung kepada situasi dan kondisi yang sedang dialami seseorang. Ketika kita berada dalam suatu kondisi kritis yang akan mempertaruhkan iman kita, dengan mudahnya kita drop apabila tingkat keimanan yang kita miliki belum memadai. Namun, sebaliknya kita akan tetap bertahan dalam kondisi apapun apabila iman yang kita miliki sudah mantap. Oleh karena itu, mulai sekarang, mulai saat ini marilah kita bangkit menuju suatu perubahan dalam rangka meningkatkan kembali iman kita terhadap ajaran agama kita. Dengan demikian kita akan dapat melewati permasalahan hidup ini secara sempurna. Kaerna yakinlah bahwa kita adalah sekelompok remaja yang berkualitas dengan spiritualitas yang mantap.

Authorized By:
Muslim Ramli
SMAN Modal Bangsa Prov. NAD
Jl. Bandara Sulthan Iskandar Muda, Km 12,5 Blang Bintang-Aceh Besar-NAD
Hp. 0852 7719 4064
BIODATA

Nama : Muslim Ramli
Tempat Tgl Lahir : Sigli, 22 Juni 1990
Alamat : Asrama SMAN Modal Bangsa NAD
Jl. Bandara Sultan Iskandar Muda KM 12,5 Blang Bintang- Aceh Besar-NAD
Sekolah : SMAN Modal Bangsa
Telp. Sekolah : (0651)27557
Kode POS : 23372
Kelas : XII IA 1
HP : 0852 7719 4064
Email : nayramosa@yahoo.com

Tidak ada komentar: